Saat masih kecil, guru-guru di sekolah dasar kita kerap bertanya, kalau sudah besar mau jadi apa? Jawabannya beragam namun seragam, pilot, dokter, guru dan astronot. Bagi anak-anak SD di pedesaan, jawaban tersebut mungkin masih sama seperti sekarang.


Pertanyaan seperti ini rupanya sangat penting untuk memastikan setiap siswa memiliki punya gairah terhadap masa depannya. Sehingga cita-cita profesi yang diucapkan –sekalipun tidak benar-benar mengerti atau benar-benar ingin menjalaninya—berhasil memberikan mereka motivasi. Sebuah bencana dimulai ketika anak-anak itu sudah tak memiliki cita-cita yang benar. Karena mereka akan kehilangan motivasi untuk belajar hal baru.

Dulu, saat masih SD saya juga ditanya mau jadi apa jika sudah besar nanti? Dengan santai saya menjawab ingin jadi seperti Habibie. Karena dapat membuat pesawat terbang. Saya tutup mata dengan bagaimana caranya, apa langkah yang harus ditempuh dengan segala syarat-syarat akademiknya. Yang penting bisa membuat pesawat, selesai.

Dulu, saat masih SD saya juga ditanya mau jadi apa jika sudah besar nanti? Dengan santai saya menjawab ingin jadi seperti Habibie. Karena dapat membuat pesawat terbang. Saya tutup mata dengan bagaimana caranya, apa langkah yang harus ditempuh dengan segala syarat-syarat akademiknya. Yang penting bisa membuat pesawat, selesai.

Tapi kemudian cita-cita dan mimpi saya itu mendadak luntur ketika seorang teman menjawab bahwa dia tak punya cita-cita. Kalau sudah besar ya jadi seperti orang tuanya, berdagang di pasar tradisional. Jawaban ini sempat membuat saya berpikir bahwa saya juga akan tumbuh besar dan menua di tanah Madura, hidup seperti orang kebanyakan. Mana bisa bikin pesawat?

Setelah lulus dari SD, saya masuk pesantren dan bertemu dengan orang-orang dari seluruh penjuru negeri. Anak-anak dari Aceh sampai Papua semua ada di pesantren tersebut. Cita-cita menjadi seperti Habibie perlahan sirna, saya berpikir tak mungkin bisa membuat pesawat sementara setiap hari belajar bahasa Arab. Dari bangun tidur sampai jelang tidur, semua orang di sekeliling menggunakan bahasa Arab. Tak sempat berpikir bagaimana caranya membuat pesawat, yang ada hanyalah kosa kata baru yang terus ditambah setiap harinya.

Namun di sisi lain pesantren memberikan pilihan cita-cita atau mimpi yang lain. Saya pernah bertemu dan melihat Megawati, Yusril Ihza, MS Ka’ban dan SBY. Mereka orang-orang penting ini datang berkunjung dalam waktu yang berbeda. Memberikan materi dan wawasan baru tentang negara dan Indonesia. Hal itu membuat saya sempat bercita-cita menjadi seperti mereka, pejabat ring satu.

Meskipun sampai sekarang belum jadi pejabat dan sudah tak terlalu tertarik lagi untuk jadi menteri atau setingkatnya, tetapi pertemuan-pertemuan tersebut rupanya memberikan dampak positif, sekarang saat saya bertemu dengan menteri atau pejabat-pejabat penting di Indonesia, saya tak merasa takut, minder atau gagap. Biasa saja.

Saya juga termasuk beruntung karena sekalipun down atau merasa tak bisa berbuat banyak, tidak bisa bercita-cita tinggi, masih punya garda terakhir pemberi inspirasi dan mimpi, yaitu ayah. Meskipun hanya pedagang biasa yang ganti-ganti komuditas sesuai musim, tapi beliau pernah mendapat 3 kali undangan khusus ke Istana. Iya, 3 kali. Sekali bertemu Soeharto dan dua kali bertemu SBY.

Ayah memberikan saya pilihan untuk bermimpi, sekalipun nanti hanya hidup dan menetap di Madura, tetap harus melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Sebuah gebrakan atau terobosan baru, dan indikator keberhasilan dari semua yang dilakukan adalah pengakuan. Dalam hal memberikan terobosan dan kebermanfaatan, ayah bisa dibilang sukses besar. Karena yang mengakui dan mengapresiasi kerja kerasnya adalah orang nomer satu di Indonesia.

Beri mereka pilihan untuk bermimpi


Sekarang, setelah berusia 27 tahun, saya menyadari betul bahwa memberi mimpi kepada anak-anak adalah suatu keharusan. Dulu saya bisa bercita-cita untuk jadi seperti Habibie karena orang tua dan guru selalu menceritakan kehebatan Habibie. Bisa buat pesawat. Kalau ada soal matematika, guru belum selesai nulis soal katanya Habibie sudah tau jawabannya, terlepas apakah ini benar atau tidak, nyatanya itu berhasil memberikan motivasi.

Dulu Soekarno memberikan kita mimpi untuk merdeka. Habibie memberikan kita mimpi untuk menikmati alam demokrasi. Gusdur memberikan kelompok minoritas mimpi untuk bebas dari intimidasi, menikmati hak dan kebebasan yang sama. Megawati memberikan mimpi pada para perempuan, bahwa mereka juga bisa menjadi Presiden Indonesia. Dan semuanya sudah mereka wujudkan: Indonesia yang merdeka, demokratis, bhineka tunggal ika.

Jokowi memberikan mimpi kepada rakyat biasa, bahwa suatu saat mereka juga bisa menjadi Presiden. Lebih dari itu, Presiden menjual mimpi ke daerah-daerah tertinggal, membangun begitu banyak infrastruktur jalan, pelabuhan, bandara dan bendungan, sebuah mimpi diberikan bahwa suatu saat daerah mereka juga bisa maju.

Presiden keliling Indonesia mendatangi dareah-daerah terpencil, memberikan langsung kartu-kartu sakti andalannya, KIP dan KIS. Itu semua adalah mimpi untuk generasi Indonesia yang cerdas, sehat dan sejahtera.

Memberikan mereka sepeda dengan pertanyaan-pertanyaan mudah seperti menyebutkan nama-nama ikan. Itu semua adalah mimpi yang coba ditanamkan oleh Presiden kepada anak-anak Indonesia, bahwa mereka ini bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan asalkan mau berusaha.

Bahwa kemudian ada yang berpikir mengapa harus Presiden langsung yang membagi-bagikan kartu? Tidak efektif dan tidak efisien, itu merupakan opini yang benar dan masuk akal. Tapi saya yakin mereka yang berpikir seperti itu semasa kecilnya belum pernah tinggal di pedesaan dan kemudian disapa oleh pejabat atau Presiden.

Ini bukan soal sekedar kartu, ini tentang mimpi yang coba ditanamkan oleh Presiden kepada anak-anak pewaris negeri ini. Jika saya saja tak bisa melupakan momen melihat langsung Bu Mega, Yusril, MS Ka’ban dan SBY saat masih di pesantren, bagaimana bangga dan bahagianya anak-anak yang bisa bertemu serta berinteraksi dengan Presiden Indonesia? apalagi mendapat sepeda. Pasti akan mereka kenang untuk waktu yang sangat lama. Dan saya yakin, mayoritas mereka akan memiliki mimpi untuk menjadi Presiden Indonesia, memberikan yang terbaik untuk negeri ini. Saya yakin, karena saya yang hanya melihat sekilas saja sudah punya mimpi seperti itu.

Terakhir, sejatinya kita juga bisa memberikan mimpi untuk anak-anak di sekitar kita. Sekalipun bukan siapa-siapa, ceritakan saja orang-orang besar yang sekarang di puncak kesuksesannya dan memberikan dampak positif untuk dunia. Karena itu sangat penting untuk generasi penerus dan masa depan bangsa ini…Begitulah kura-kura.


Posting Komentar

Author Name

PELANGI4D.COM

PELANGI4D.COM
1 USER ID SEMUA GAME

SPORTSBOOK

SPORTSBOOK PASARAN BOLA TERLENGKAP

CASINO

CASINO BACCARAT - SICBO - ROULLET - DRAGON TIGER

SABUNG AYAM

SABUNG AYAM SABUNG AYAM LIVE

TOGEL

TOGEL SGP - HK - SYDNEY - SENTOSA 4D & TOTO

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.