Qin Shi Huang dari China adalah pendiri Dinasti Qin, sekaligus kaisar pertama Tiongkok yang bersatu.
Untuk menyatukan Tiongkok, ia menaklukkan enam kerajaan lainnya. Tak terhitung berapa nyawa yang dikorbankan untuk memenuhi ambisinya itu.
Qin Shi Huang meninggalkan banyak warisan bersejarah yang masih lestari hingga saat ini, di antaranya Tembok Besar China -- yang pembangunannya ia lanjutkan, juga mausoleum yang 'dijaga' pasukan tentara terakota.
Namun, di balik reputasinya sebagai penakluk, ia punya ketakutan terbesar : MATI
Tidak peduli berapapun banyaknya pasukan yang dikalahkannya, ketakutan akan kematian tetap menguntitnya.
Ia memerintahkan para bawahannya mencari 'ramuan keabadian' atau disebut juga 'obat panjang umur' demi bisa hidup abadi.
Berikut 10 cara Kaisar Qin Shi Huang mencari keabadian:
1. Ramuan Keabadian
Untuk menyatukan Tiongkok, ia menaklukkan enam kerajaan lainnya. Tak terhitung berapa nyawa yang dikorbankan untuk memenuhi ambisinya itu.
Qin Shi Huang meninggalkan banyak warisan bersejarah yang masih lestari hingga saat ini, di antaranya Tembok Besar China -- yang pembangunannya ia lanjutkan, juga mausoleum yang 'dijaga' pasukan tentara terakota.
Namun, di balik reputasinya sebagai penakluk, ia punya ketakutan terbesar : MATI
Ia memerintahkan para bawahannya mencari 'ramuan keabadian' atau disebut juga 'obat panjang umur' demi bisa hidup abadi.
Berikut 10 cara Kaisar Qin Shi Huang mencari keabadian:
Qin Shi Huang ketakutan jika rakyatnya memberontak. Ia pun
memerintahkan semua buku sejarah, puisi, dan filsafat dikumpulkan dan
dibakar. Sebagian orang berpandangan bahwa ini adalah caranya menguasai
rakyat.
Qin Shi Huang meminta semua yang bijak di China memikirkan satu hal, yaitu keabadian. Ia memerintahkan beberapa ahli kimia untuk mengembangkan ramuan keabadian.
Ketika dua ahli kimia mengaku tidak bisa melakukannya, Qin Shi Huang marah. Ia pun memerintahkan agar semua kaum intelektual menderita, sehingga ada 460 sarjana yang dikubur hidup-hidup karena gagal membuatnya jadi makhluk abadi.
Qin Shi Huang juga menyatakan bahwa orang-orang itu mengaku sebagai tukang sihir, sehingga mereka seharusnya bisa menghidupkan diri seandainya benar-benar memiliki kekuatan gaib.
2. Tumbal 6.000 Perawan
Qin Shi Huang meminta semua yang bijak di China memikirkan satu hal, yaitu keabadian. Ia memerintahkan beberapa ahli kimia untuk mengembangkan ramuan keabadian.
Ketika dua ahli kimia mengaku tidak bisa melakukannya, Qin Shi Huang marah. Ia pun memerintahkan agar semua kaum intelektual menderita, sehingga ada 460 sarjana yang dikubur hidup-hidup karena gagal membuatnya jadi makhluk abadi.
Qin Shi Huang juga menyatakan bahwa orang-orang itu mengaku sebagai tukang sihir, sehingga mereka seharusnya bisa menghidupkan diri seandainya benar-benar memiliki kekuatan gaib.
2. Tumbal 6.000 Perawan
Setelah para cendekiawan gagal, Qin Shi Huang bepergian ke pulau
Zhifu, karena didengarnya ada seorang pria yang sanggup menemukan
rahasia kehidupan kekal.
Di sana, ia bertemu dengan tabib Xu Fu yang memastikan bahwa hal itu bisa dilakukan dan menjanjikan ramuan keabadian sedang menunggu untuk ditemukan di Pegunungan Penglai.
Itu bukan tempat sebenarnya, tapi tempat mitos bagi Delapan Mahluk Kekal dan ada sebuah jalan menuju kepada para dewa. Xu Fu menjelaskan kepada kaisar tentang seorang tabib berusia 1.000 tahun bernama Anqi Sheng yang akan berbagi rahasia.
Qin Shi Huang merasa senang dan memberikan Xu Fu satu armada kapal untuk dipakai berlayar mencari ramuan keabadian. Tak lama, Xu Fu kembali dan mengaku telah menemukan pulau yang disebutnya penuh semak yang memberikan hidup abadi kepada kaisar. Tapi ada tumbalnya. Ia perlu membawa 6.000 perawan untuk memperoleh ramuan. Qin Shi Huang mempercayainya dan memberikan yang diperlukan.
Selama 8 tahun kemudian, Xu Fu menjauh dari Kaisar dan berlayar bersama para perawan.
Qin Shi Huang menunggu dengan sabar. Walau terdengar mistis, ada bukti bahwa hal itu mungkin benar. Di pulau Zhifu, Qin Shi Huang menorehkan tulisan "Sampai di Fu dan mengukir batu." Ukiran tulisan itu masih ada hingga sekarang.
Apapun, Xu Fu berlayar untuk dan tidak pernah kembali. Diperkirakan Xu Fu mendarat di Jepang
Di sana, ia bertemu dengan tabib Xu Fu yang memastikan bahwa hal itu bisa dilakukan dan menjanjikan ramuan keabadian sedang menunggu untuk ditemukan di Pegunungan Penglai.
Itu bukan tempat sebenarnya, tapi tempat mitos bagi Delapan Mahluk Kekal dan ada sebuah jalan menuju kepada para dewa. Xu Fu menjelaskan kepada kaisar tentang seorang tabib berusia 1.000 tahun bernama Anqi Sheng yang akan berbagi rahasia.
Qin Shi Huang merasa senang dan memberikan Xu Fu satu armada kapal untuk dipakai berlayar mencari ramuan keabadian. Tak lama, Xu Fu kembali dan mengaku telah menemukan pulau yang disebutnya penuh semak yang memberikan hidup abadi kepada kaisar. Tapi ada tumbalnya. Ia perlu membawa 6.000 perawan untuk memperoleh ramuan. Qin Shi Huang mempercayainya dan memberikan yang diperlukan.
Selama 8 tahun kemudian, Xu Fu menjauh dari Kaisar dan berlayar bersama para perawan.
Qin Shi Huang menunggu dengan sabar. Walau terdengar mistis, ada bukti bahwa hal itu mungkin benar. Di pulau Zhifu, Qin Shi Huang menorehkan tulisan "Sampai di Fu dan mengukir batu." Ukiran tulisan itu masih ada hingga sekarang.
Apapun, Xu Fu berlayar untuk dan tidak pernah kembali. Diperkirakan Xu Fu mendarat di Jepang
3. Manusia Setara Dewa
Qin Shi Huang yakin bahwa dia akan menjadi dewa abadi. Ia bahkan
menyebut dirinya demikian. Setelah mempersatukan China, ia melepaskan
gelar sebagai "raja" dan menggantinya menjadi "huangdi", yang biasanya
diterjemahkan sebagai "kaisar" walaupun artinya adalah "dewa".
Sejak saat itu ia juga membuat peraturan sehingga tidak ada orang lain yang menggunakan kata keterangan orang pertama "zhen". Setelah semua raja tunduk kepadanya, ia menyatakan tidak ada orang lain yang dapat menyebut diri mereka dengan sebutan yang mengandung hormat.
Sejak saat itu, setiap warga China harus menyebut diri mereka "wo" yang pada saat itu berarti "tubuh tak berharga." Setelah Xu Fu menjanjikan hidup abadi, bahkan Qin Shi Huang sendiri pun berhenti menggunakan kata "zhen", tapi ia diminta disebut "Manusia Sesungguhnya", sebuah gelar yang mengatakan kepada dunia bahwa ia telah menjadi abadi.
4. Taktik Kereta Kencana
Sejak saat itu ia juga membuat peraturan sehingga tidak ada orang lain yang menggunakan kata keterangan orang pertama "zhen". Setelah semua raja tunduk kepadanya, ia menyatakan tidak ada orang lain yang dapat menyebut diri mereka dengan sebutan yang mengandung hormat.
Sejak saat itu, setiap warga China harus menyebut diri mereka "wo" yang pada saat itu berarti "tubuh tak berharga." Setelah Xu Fu menjanjikan hidup abadi, bahkan Qin Shi Huang sendiri pun berhenti menggunakan kata "zhen", tapi ia diminta disebut "Manusia Sesungguhnya", sebuah gelar yang mengatakan kepada dunia bahwa ia telah menjadi abadi.
4. Taktik Kereta Kencana
Untuk menjadi abadi, Qin Shi Huang harus tetap hidup hingga Xu Fu
kembali. Tidak mudah, karena ada saja yang berusaha menghabisinya dan ia
menciptakan banyak musuh ketika menuju takhta kekaisaran.
Setiap saat, ia hidup dalam takut akan kematian. Sehingga, ketika bepergian, ia memiliki rombongan kencana tiruan yang ternyata berhasil juga menyelamatkan nyawanya.
Seorang pria bernama Zhang Liang merencanakan kematiannya. Ia adalah seorang yang mengidamkan menjadi penasehat raja Han sampai akhirnya Qin Shi Huang menguasai kerajaan Han dan menurunkan derajatnya menjadi bukan siapa-siapa. Zhang Liang ingin balas dendam.
Ia bersekongkol dengan orang terkuat China, Gan Ba, untuk kemudian menyeret gada seberat 72,5 kilogram ke puncak bukit dan menunggu Qin Shi Huang lewat. Ketika rombongan kencana lewat, Gan Ba menghantamkan gada raksasa itu ke kereta kencana sehingga membunuh semua yang ada di dalamnya.
Tapi, Qin Shi Huang tidak ada di dalamnya. Ia ada belakang rombongan, dalam kencana tidak berhias seakan milik rakyat jelata. Para pengawalnya segera bertindak, tapi Gan Ba menghadang mereka hingga tewas agar Zhang Liang bisa kabur.
Setiap saat, ia hidup dalam takut akan kematian. Sehingga, ketika bepergian, ia memiliki rombongan kencana tiruan yang ternyata berhasil juga menyelamatkan nyawanya.
Seorang pria bernama Zhang Liang merencanakan kematiannya. Ia adalah seorang yang mengidamkan menjadi penasehat raja Han sampai akhirnya Qin Shi Huang menguasai kerajaan Han dan menurunkan derajatnya menjadi bukan siapa-siapa. Zhang Liang ingin balas dendam.
Ia bersekongkol dengan orang terkuat China, Gan Ba, untuk kemudian menyeret gada seberat 72,5 kilogram ke puncak bukit dan menunggu Qin Shi Huang lewat. Ketika rombongan kencana lewat, Gan Ba menghantamkan gada raksasa itu ke kereta kencana sehingga membunuh semua yang ada di dalamnya.
Tapi, Qin Shi Huang tidak ada di dalamnya. Ia ada belakang rombongan, dalam kencana tidak berhias seakan milik rakyat jelata. Para pengawalnya segera bertindak, tapi Gan Ba menghadang mereka hingga tewas agar Zhang Liang bisa kabur.
5. Terowongan 800 Meter
Di tahun-tahun terakhirnya, Qin Shi Huang sama sekali tidak mau ke
luar istana. Kalau tidak mendesak sekali, ia tidak mau mengambil risiko
melangkah ke luar.
Ia malah membangun sistem terowongan dan jalur bawah tanah di bentengnya agar tidak usah ke luar di udara terbuka.
Kompleks terowongan luas itu memiliki panjang lebih dari 800 meter, terbesar sedunia pada masa itu. Kompleks itu memiliki istana besar dikelilingi 10 bangunan dan terhubung dengan jalur pejalan kaki.
Kompleks itu anggun dan indah. Ada salah satu bangunan yang memiliki jalur jalan mengambang melintasi sungai dan dirancang untuk serupa dengan galaksi Bima Sakti sedang bersinar di angkasa.
Salain takut adanya pembunuh, Qin Shi Huang percaya bahwa maut memang sedang menunggunya di luar.
Ia tinggal di dalam benteng-benteng dan terowongan-terowongan agar tidak dilihat oleh roh-roh kegelapan yang sedang mencarinya.
6. Meteor Berisi Ramalan Kematian
Ia malah membangun sistem terowongan dan jalur bawah tanah di bentengnya agar tidak usah ke luar di udara terbuka.
Kompleks terowongan luas itu memiliki panjang lebih dari 800 meter, terbesar sedunia pada masa itu. Kompleks itu memiliki istana besar dikelilingi 10 bangunan dan terhubung dengan jalur pejalan kaki.
Kompleks itu anggun dan indah. Ada salah satu bangunan yang memiliki jalur jalan mengambang melintasi sungai dan dirancang untuk serupa dengan galaksi Bima Sakti sedang bersinar di angkasa.
Salain takut adanya pembunuh, Qin Shi Huang percaya bahwa maut memang sedang menunggunya di luar.
Ia tinggal di dalam benteng-benteng dan terowongan-terowongan agar tidak dilihat oleh roh-roh kegelapan yang sedang mencarinya.
6. Meteor Berisi Ramalan Kematian
Setahun sebelum kaisar wafat, sebuah meteor
jatuh ke Bumi. Memang tidak bisa begitu saja dipandang sebagai pertanda
buruk, tapi itu bukan sekedar batu biasa, karena ada tulisan, "Agustus
pertama Kaisar akan mati dan negerinya tercabik-cabik."
Sang Kaisar percaya takhayul, tapi ia berpendapat bahwa pesan itu tidak dituliskan oleh para dewa.
Ia yakin ada orang yang mengukirkan tulisan setelah batu itu mendarat dan ia penasaran ingin tahu pelakunya.
Ia menuntut agar orang yang bertanggungjawab mengaku atau semua akan terkena ganjarannya. Ketika tidak ada yang mengaku, ia memerintahkan penangkapan semua orang yang tinggal di sekitar tempat jatuhnya meteor agar dijebloskan dalam penjara dan dihukum mati.
Ia dan pasukannya bahkan berhasil mendapatkan meteor itu dan memusnahkannya dalam api. Tapi, masih ada yang mengganjal dalam dirinya.
Menurut sejumlah laporan, setelah memerintahkan pembunuhan besar-besaran itu, ia memanggil para pemusik dan meminta mereka memainkan lagu-lagu tentang keabadian.
Sang Kaisar percaya takhayul, tapi ia berpendapat bahwa pesan itu tidak dituliskan oleh para dewa.
Ia yakin ada orang yang mengukirkan tulisan setelah batu itu mendarat dan ia penasaran ingin tahu pelakunya.
Ia menuntut agar orang yang bertanggungjawab mengaku atau semua akan terkena ganjarannya. Ketika tidak ada yang mengaku, ia memerintahkan penangkapan semua orang yang tinggal di sekitar tempat jatuhnya meteor agar dijebloskan dalam penjara dan dihukum mati.
Ia dan pasukannya bahkan berhasil mendapatkan meteor itu dan memusnahkannya dalam api. Tapi, masih ada yang mengganjal dalam dirinya.
Menurut sejumlah laporan, setelah memerintahkan pembunuhan besar-besaran itu, ia memanggil para pemusik dan meminta mereka memainkan lagu-lagu tentang keabadian.
7. Membunuh Monster Laut
Setelah pendaratan meteor, Qin Shi Huang menjadi tidak sabar. Ia
sekali lagi berlayar ke pulau Zhifu untuk mencari Xu Fu, ahli sihir yang
menjanjikan ramuan kekekalan kepadanya. Xu Fu meyakinkannya bahwa ia
telah menemukan Pegunungan Penglai, tapi jalurnya sekarang telah
dihadang oleh sebuah monster laut dan tidak ada jalan lain.
Kali ini, Qin Shi Huang tidak mau menunggu-nunggu. Ia memanggil tim pemanah, katanya kepada Xu Fu, dan membunuh monster laut itu. Kali ini, Xu Fu tidak dipercaya lagi pergi sendirian. Kaisar memintanya ikut bersama rombongan.
Qin Shi Huang dan tim pemanahnya berlayar dan menemukan ikan besar yang diduga sebagai monster laut. Sekarang ini, temuan mereka diduga seekor paus.
Para pemanah menembaki hingga membunuh mahluk itu. Seusainya, Qin Shi Huang kembali ke pulau Zhifu dan menorehkan pesan yang masih ada hingga sekarang, "Mendatangi Fu, bertemu batu raksasa, dan menembak seekor ikan."
Xu Fu tidak bisa berkelit lagi. Ia harus mendapatkan ramuan keabadian itu, demikian perintah Qin Shi Huang, dan pulang secepatnya atau menanggung akibat-akibatnya.
Xu Fu meyakinkan kaisara bahwa ia akan melakukannya. Mereka mengumpulkan 6.000 perawan baginya untuk dibawa ke kapalnya, lalu pergi berlayar dan tidak pernah kembali lagi. Karena tidak mungkin membuktikan ucapannya sendiri, Xu Fu kabur ke Jepang dan bersembunyi sepanjang sisa hidupya.
Kali ini, Qin Shi Huang tidak mau menunggu-nunggu. Ia memanggil tim pemanah, katanya kepada Xu Fu, dan membunuh monster laut itu. Kali ini, Xu Fu tidak dipercaya lagi pergi sendirian. Kaisar memintanya ikut bersama rombongan.
Qin Shi Huang dan tim pemanahnya berlayar dan menemukan ikan besar yang diduga sebagai monster laut. Sekarang ini, temuan mereka diduga seekor paus.
Para pemanah menembaki hingga membunuh mahluk itu. Seusainya, Qin Shi Huang kembali ke pulau Zhifu dan menorehkan pesan yang masih ada hingga sekarang, "Mendatangi Fu, bertemu batu raksasa, dan menembak seekor ikan."
Xu Fu tidak bisa berkelit lagi. Ia harus mendapatkan ramuan keabadian itu, demikian perintah Qin Shi Huang, dan pulang secepatnya atau menanggung akibat-akibatnya.
Xu Fu meyakinkan kaisara bahwa ia akan melakukannya. Mereka mengumpulkan 6.000 perawan baginya untuk dibawa ke kapalnya, lalu pergi berlayar dan tidak pernah kembali lagi. Karena tidak mungkin membuktikan ucapannya sendiri, Xu Fu kabur ke Jepang dan bersembunyi sepanjang sisa hidupya.
8. Meracuni Diri Sendiri
Xu Fu tidak pernah mengirimkan ramuan keabadian yang diminta, tapi Qin Shi Huang tidak menyerah.
Ia meminta semua ahli kimia yang ditugaskan agar membuat obat apapun supaya ia sehat dan hidup, bahkan ia meminum apapun yang diperintahkan oleh ahli kimianya, termasuk sebotol penuh merkuri.
Qin Shi Huang sedang berkeliling kerajaannya ketika akhirnya merkuri itu menewaskannya. Ia membawa satu wadah kecil zat itu bersamanya, yang oleh para tabib kerajaan disebut sebagai "obat keabadian."
Tapi, zat itu malah memperpendek usianya sehingga meninggal dunia pada usia hanya 49 tahun. Saat itu, Qin Shi Huang sedang dua bulan perjalanan dari rumah. Para penasehatnya takut membayangkan apa yang terjadi kalau rakyat mengetahui ia sudah meninggal.
Li Si, seorang penasehat, bersikeras menyembunyikan kematian kaisar. Selama beberapa bulan kemudian, ia berpura-pura seakan-akan Qin Shi Huang masih hidup dan mengeluarkan perintah-perintah seakan-akan berasal dari kaisar Qin Shi Huang.
Sementara itu, jasad Qin Shi Huang dibawa ke rumah, ditutupi dengan ikan-ikan yang membusuk agar menyembunyikan bau mayatnya yang sedang meluruh.
Ia meminta semua ahli kimia yang ditugaskan agar membuat obat apapun supaya ia sehat dan hidup, bahkan ia meminum apapun yang diperintahkan oleh ahli kimianya, termasuk sebotol penuh merkuri.
Qin Shi Huang sedang berkeliling kerajaannya ketika akhirnya merkuri itu menewaskannya. Ia membawa satu wadah kecil zat itu bersamanya, yang oleh para tabib kerajaan disebut sebagai "obat keabadian."
Tapi, zat itu malah memperpendek usianya sehingga meninggal dunia pada usia hanya 49 tahun. Saat itu, Qin Shi Huang sedang dua bulan perjalanan dari rumah. Para penasehatnya takut membayangkan apa yang terjadi kalau rakyat mengetahui ia sudah meninggal.
Li Si, seorang penasehat, bersikeras menyembunyikan kematian kaisar. Selama beberapa bulan kemudian, ia berpura-pura seakan-akan Qin Shi Huang masih hidup dan mengeluarkan perintah-perintah seakan-akan berasal dari kaisar Qin Shi Huang.
Sementara itu, jasad Qin Shi Huang dibawa ke rumah, ditutupi dengan ikan-ikan yang membusuk agar menyembunyikan bau mayatnya yang sedang meluruh.
9. Menyiapkan Kerajaan Alam Baka
Jika Qin Shi Huang tidak bisa abadi, ia tidak sudi menjadi kaum
jelata di neraka. Ia bertekad agar menjadi penguasa bahkan di alam baka
dan mempersiapkan diri untuk itu.
Bahkan, sebelum menjadi kaisar pun ia sudah mempersiapkan makamnya. Ketika ia wafat, sekitar 700 ribu budak terpaksa mengerjakannya.
Makamnya luar biasa karena ada tiruan-tiruan istana-istana dan menara-menara, aliran sungai merkuri, dan langit-langit penuh dengan perhiasan untuk meniru langit malam hari.
Dan ada para Ksatria Tanah Liat. Qin Shi Huang berpendapat bahwa, ketika ia mati, enam negara yang telah ditaklukkannya akan memberontak melawan di alam baka. Dengan demikian, dibuatlah tiruan pasukannya terbuat dari tanah liat agar tidak ada orang masuk dan mengganggu tempat peristirahatan sang kaisar.
Makam itu dikubur dan ditumbuhi dengan semak dan pepohonan agar tidak ada orang yang menemukannya. Dan, untuk memastikan tidak akan ada orang yang menemukannya, para pekerja dipaksa mengurung diri hingga mati bersama dengan kaisar dalam makamnya.
Bahkan, sebelum menjadi kaisar pun ia sudah mempersiapkan makamnya. Ketika ia wafat, sekitar 700 ribu budak terpaksa mengerjakannya.
Makamnya luar biasa karena ada tiruan-tiruan istana-istana dan menara-menara, aliran sungai merkuri, dan langit-langit penuh dengan perhiasan untuk meniru langit malam hari.
Dan ada para Ksatria Tanah Liat. Qin Shi Huang berpendapat bahwa, ketika ia mati, enam negara yang telah ditaklukkannya akan memberontak melawan di alam baka. Dengan demikian, dibuatlah tiruan pasukannya terbuat dari tanah liat agar tidak ada orang masuk dan mengganggu tempat peristirahatan sang kaisar.
Makam itu dikubur dan ditumbuhi dengan semak dan pepohonan agar tidak ada orang yang menemukannya. Dan, untuk memastikan tidak akan ada orang yang menemukannya, para pekerja dipaksa mengurung diri hingga mati bersama dengan kaisar dalam makamnya.
10. Tidak Menunjuk Penerus
Qin Shi Huang tidak merencanakan akan mati. Ia bahkan tidak sampai terpikir akan mati, sehingga tidak pernah menuliskan wasiat.
Sang kaisar yakin bahwa ia akan hidup selamanya, sehingga tidak merasa perlu bersiap-siap. Tanpa wasiat, tidak jelas siapa yang akan meneruskan tahtanya, dan negeri itu pun terjerumus dalam kekacauan. Putra tertuanya yang bernama Fusu menjadi pilihan yang jelas, tapi Li Si, penasehat Qin Shi Huang, tidak mempercayainya.
Untuk mendepak Fusu, Li Si memalsukan perintah sehingga menyatakan bahwa Huhai, putra ke dua, menjadi kaisar baru. Ia kemudian memalsukan satu surat perintah lagi yang memerintahkan agar Fusu bunuh diri.
Para putra kekaisaran menuruti perintah yang dikira berasal dari ayah mereka sehingga Huhai menjadi kaisar ke dua di China. Takhtanya tidak berlangsung lama, karena Li Si dan sekutunya kemudian saling bertengkar.
Salah satunya menangkap Li Si dan membunuhnya dengan cara kematian yang keji. Hidung, dua tangan, dua kaki, dan kelaminnya dipotong hingga lepas satu demi satu, sebelum tubuhnya dibagi dua tepat di pinggang.
Kemudian, setiap anggota keluarga besarnya hingga generasi ke tiga dibunuh. Tanpa Li Si, Huhai tidak bisa mencegah pemberontakan rakyatnya dan ia dilengserkan.
Semasa hidup, Qin Shi Huang membayangkan kekuasaan dinasti hingga 10 ribu generasi. Tapi, setelah ia mati, kekuasaan dinastinya tidak sampai 3 tahun.
Sang kaisar yakin bahwa ia akan hidup selamanya, sehingga tidak merasa perlu bersiap-siap. Tanpa wasiat, tidak jelas siapa yang akan meneruskan tahtanya, dan negeri itu pun terjerumus dalam kekacauan. Putra tertuanya yang bernama Fusu menjadi pilihan yang jelas, tapi Li Si, penasehat Qin Shi Huang, tidak mempercayainya.
Untuk mendepak Fusu, Li Si memalsukan perintah sehingga menyatakan bahwa Huhai, putra ke dua, menjadi kaisar baru. Ia kemudian memalsukan satu surat perintah lagi yang memerintahkan agar Fusu bunuh diri.
Para putra kekaisaran menuruti perintah yang dikira berasal dari ayah mereka sehingga Huhai menjadi kaisar ke dua di China. Takhtanya tidak berlangsung lama, karena Li Si dan sekutunya kemudian saling bertengkar.
Salah satunya menangkap Li Si dan membunuhnya dengan cara kematian yang keji. Hidung, dua tangan, dua kaki, dan kelaminnya dipotong hingga lepas satu demi satu, sebelum tubuhnya dibagi dua tepat di pinggang.
Kemudian, setiap anggota keluarga besarnya hingga generasi ke tiga dibunuh. Tanpa Li Si, Huhai tidak bisa mencegah pemberontakan rakyatnya dan ia dilengserkan.
Semasa hidup, Qin Shi Huang membayangkan kekuasaan dinasti hingga 10 ribu generasi. Tapi, setelah ia mati, kekuasaan dinastinya tidak sampai 3 tahun.
Posting Komentar